Bagaimana rasanya
menjadi hening yang panjang?
Membunuh sepi adalah
sama dengan membunuh bayanganmu sendiri
Seperti kemenangan dan
bendera yang terkibar tinggi menjulang
Hambarmu adalah semua
semua yang tanpa aku
Selamat menikmati
NK
Bagaimana rasanya
menjadi hening yang panjang?
Membunuh sepi adalah
sama dengan membunuh bayanganmu sendiri
Seperti kemenangan dan
bendera yang terkibar tinggi menjulang
Hambarmu adalah semua
semua yang tanpa aku
Selamat menikmati
NK
Seperti rangkaian kereta yang tak putus. Tidak ada yang tiba-tiba
turun dari langit, bahkan pelangi dan hujanpun melewati proses panjang. Semesta
seperti cermin besar, memantulkan apa saja yang kita keluarkan. Lantang akan
kembali lantang. Masa tidak tergantung massa. Semua bukanlah sesuatu yang acak,
melainkan alur sebab akibat yang sangat panjang, menembus dimensi waktu, bahkan
ketika udara tak dapat dihirup, alur akan tetap menjadi alur, estafet. Betapa
sibuknya Tuhan.
Jika dalam hari-harimu menemui beberapa orang yang sedang lebar
tersenyum, bisa jadi adalah buah dari orang tuanya, keluarganya, atau ribuan
tangisan sebelumnya. Sedih akan terganti, bahagia sementara. Semua melaju satu
satu.
NK
Kamu tidak akan tahu, tulisan tulisan usang, mimpi yang lebih
tinggi dari langit-langit rumah, harapan yang lebih ringan dari sehelai kapas,
akan dapat tersentuh, berbentuk, berupa pada detik yang mungkin tidak cepat,
tapi akan tepat.
Jika di sini bukan lagi tempat yang dapat ku injak, aku ingin
tetap abadi dalam ingatan-ingatan baik dan menjadi tabebuya berwarna kuning,
yang akan tetap menghujani tanah dengan warnanya yang cerah. Seperti harapan
yang akan terus tumbuh meskipun jatuh.
Aku sekarang adalah aku yang bergerak pada kemauanku, pada hal hal
yang lebih mencintai aku.
NK
Jika dalam doamu itu aku
Angin bisa saja menjadi
batu
Batu bisa saja menjadi
air
Kemungkinan itu seperti
udara
Bisa bebas kau hirup
tanpa batas
Jika doaku itu kamu
Aku tidak akan
memusingkan waktu atau hal hal yang mengitarinya
Biarkan dia mengalir,
berlari, berjalan, atau bahkan diam
Bagaimanapun itu
muaranya pasti aku,
Jika Ia berkehendak
Namun sayang, kamu
ataupun aku tidak ada saling mendoakan
NK
Bekasi, 14 Maret 2017
Sudah hampir pukul
delapan malam dan saya masih berkutat dengan kertas-kertas jahanam.
Tugas yang hampir tak
tersentuh
Sampai rumah masih harus
menjadi sosok Ibu bagi diri sendiri, menuruti hamba perut sendiri yang manja
enggan masakan ibu –ibu lain, selain diri sendiri dan ibu sendiri.
Rindu haribaan pelukan
Ibu, genggaman pacar, gajian, dan banyak hal lain.
Ini tulisan rindu dan
harapan
Entah belakangan ini
saya tiba-tiba ingin pindah kerja, ke Semarang atau Solo atau kalau boleh
meminta Jogja.
Hanya ingin merasakan
rumah. Setidaknya lebih dekat dengan rumah.
Kapan?
Bisa?
Yakin?
Saya tidak tahu, saya
hanya ingin, dan tugas saya hanya percaya saja.
NK
Bekasi, 04 Juli 2017